Jumat, 28 September 2007

Tugas ke-4 (Jenis-jenis Validitas)

Validitas

Validitas atau kesahihan menunjukan pada kemampuan suatu instrumen (alat pengukur) mengukur apa yang harus diukur (…. a valid measure if it succesfully measure the phenomenon), seseorang yang ingin mengukur tinggi harus memakai meteran, mengukur berat dengan timbangan, meteran, timbangan merupakan alat ukur yang valid dalah kasus tersebut. Dalam suatu penelitian yang melibatkan variabel/konsep yang tidak bisa diukur secara langsung, maslah validitas menjadi tidak sederhana, di dalamnya juga menyangkut penjabaran konsep dari tingkat teoritis sampai tingkat empiris (indikator), namun bagaimanapun tidak sederhananya suatu instrumen penelitian harus valid agar hasilnya dapat dipercaya.

Mengingat pentingnya masalah validitas. Maka tidak mengherankan apabila Para Pakar telah banyak berupaya untuk mengkaji masalah validitas serta membagi validitas ke dalam beberapa jenis, terdapat perbedaan pengelompokan jenis-jenis validitas, Elazar Pedhazur menyatakan bahwa validitas yang umum dipakai tripartite classification yakni Content, Criterion dan Construct, sementara Kenneth Bailey mengelompokan tiga jenis utama validitas yaitu : Face validity, Criterion Validity, dan construct validity, dengan catatan face validity cenderung dianggap sama dengan content validity. Berikut ini akan dikemukakan beberapa jenis validitas yaitu :

Validitas Rupa (Face validity). Adalah validitas yang menunjukan apakah alat pengukur/instrumen penelitian dari segi rupanya nampak mengukur apa yang ingin diukur, validitas ini lebih mengacu pada bentuk dan penampilan instrumen. Menurut Djamaludin Ancok validitas rupa amat penting dalam pengukuran kemampuan individu seperti pengukuran kejujuran, kecerdasan, bakat dan keterampilan.

Validitas isi (Content Validity). Valditas isi berkaitan dengan kemampuan suatu instrumen mengukur isi (konsep) yang harus diukur. Ini berarti bahwa suatu alat ukur mampu mengungkap isi suatu konsep atau variabel yang hendak diukur. Misalnya test bidang studi IPS, harus mampu mengungkap isi bidang studi tersebut, pengukuran motivasi harus mampu mengukur seluruh aspek yang berkaitan dengan konsep motivasi, dan demikian juga untuk hal-hal lainnya. Menurut Kenneth Hopkin penentuan validitas isi terutama berkaitan dengan proses analisis logis, dengan dasar ini Dia berpendapat bahwa validitas isi berbeda dengan validitas rupa yang kurang menggunakan analisis logis yang sistematis, lebih lanjut dia menyatakan bahwa sebuah instrumen yang punya validitas isi biasanya juga mempunyai validitas rupa, sedang keadaan sebaliknya belum tentu benar.

Validitas kriteria (Criterion validity). Adalah validasi suatu instrumen dengan membandingkannya dengan instrumen-pengukuran lainnya yang sudah valid dan reliabel dengan cara mengkorelasikannya, bila korelasinya signifikan maka instrumen tersebut mempunyai validitas kriteria. Terdapat dua bentuk Validitas kriteria yaitu : Validitas konkuren (Concurrent validity), Validitas ramalan (Predictive validity). Validitas konkuren adalah kemampuan suatu instrumen pengukuran untuk mengukur gejala tertentu pada saat sekarang kemudian dibandingkan dengan instrumen pengukuran lain untuk konstruk yang sama. Validitas ramalan adalah kemampuan suatu instrumen pengukuran memprediksi secara tepat dengan apa yang akan terjadi di masa datang. Contohnya apakah test masuk sekolah mempunyai validitas ramalan atau tidak ditentukan oleh kenyataan apakah terdapat korelasi yang signifikan antara hasil test masuk dengan prestasi belajar sesudah menjadi siswa, bila ada, berarti test tersebut mempunyai validitas ramalan.

Validitas konstruk (Construct Validity). Konstruk adalah kerangka dari suatu konsep, validitas konstruk adalah validitas yang berkaitan dengan kesanggupan suatu alat ukur dalam mengukur pengertian suatu konsep yang diukurnya. Menurut Jack R. Fraenkel validasi konstruk (penentuan validitas konstruk) merupakan yang terluas cakupannya dibanding dengan validasi lainnya, karena melibatkan banyak prosedur termasuk validasi isi dan validasi kriteria.

Lebih jauh Jack R. FraenkelI meneyatakan bahwa untuk mendapatkan validitas konstruk ada tiga langkah di dalamnya yaitu :

1. Variabel yang akan diukur harus didefinisikan dengan jelas

2. Hipotesis, yang mengacu pada teori yang mendasari variabel penelitian harus dapat membedakan orang dengan tingkat gradasi yang berbeda pada situasi tertentu

3. Hipotesis tersebut diuji secara logis dan empiris.

Dalam upaya memperoleh validitas konstruk, maka seorang peneliti perlu mencari apa saja yang menjadi suatu kerangka konsep agar dapat menyusun tolok ukur operasional konsep tersebut. Pencarian kerangka konsep menurut Djamaludin Ancok dapat ditempuh beberapa cara :

1. Mencari definisi-definisi konsep yang dikemukakan oleh para akhli yang tertulis dalam buku-buku literatur.

2. Mendefinisikan sendiri konsep yang akan diukur, jika tidak diperoleh dalam buku-buku literatur

3. Menanyakan definisi konsep yang akan diukur kepada calon responden atau orang-orang yang memiliki karakteristik yang sama dengan responden.

Mengingat pentingnya pendefinisian suatu konsep yang ingin diukur, maka seorang peneliti perlu mencermatinya, sebab definisi suatu konsep perlu dikembangkan dari mulai definisi teoritis, definisi empiris, sampai definisi operasional (dapat dipadankan dengan konsep teori, konsep empiris, konsep analitis/operasional, atau dengan konsep, dimensi, dan indikator) pemahaman definisi tersebut dapat dijadikan awal yang strategis untuk penjabaran konsep sampai diperoleh indikator, untuk kemudian disusun item-item yang diperlukan untuk sebuah instrumen penelitian.

Sementara itu Elazar J. Pedhazur mengemukakan tiga pendekatan dalam Validasi konstruk yaitu : 1). Logical analysis; 2). Internal structure analysis; 3). Cross-structure analysis. Analisis logis dalam konteks validasi konstruk dimaksudkan untuk membentuk hipotesis pembanding sebagai alternatif penjelasan berkaitan dengan konstruk/konsep yang akan diukur, hubungan antar konsep dan yang sejenisnya. Dalam pendekatan ini langkah yang diperlukan adalah pendefinisian konstruk/konsep, penentuan kesesuaian isi item dengan indikator, serta penentuan prosedur pengukuran.

Analisis struktur internal merupakan pendekatan kedua dalam validasi konstruk, analisis ini berkaitan dengan validitas indikator dari suatu konsep/konstruk, artinya indikator-indikator yang digunakan bersifat homogin (dalam tingkatan minimum) serta mengukur konsep yang sama (terdapatnya kesesuaian antara indikator-indikator dengan konsepnya).Sementara itu analisis struktur silang berkaitan dengan pengkajian analisis internal dari masing-masing konsep terhubung (yang unobservable) yang dihubungkan pada tataran empirisn

Sabtu, 22 September 2007

Tugas ke - 3 (Format Raport)

Nama Sekolah : SMP Negeri 83 Jakarta Kelas : VII (tujuh)

Alamat : Jl. Empang Bahagia Semester : I (satu)

Nama Siswa : Desy Wulandari Tahun pelajaran : 2006/2007

Nomor Induk : 12105

No.

Mata Pelajaran

Aspek Penilaian

KKM

Nilai

Catatan Guru

Angka

Huruf

1

Pendidikan Agama

Penguasaan Konsep dan Nilai-nilai

65

68

Enam puluh delapan

Penerapan

-

70

Tujuh puluh

2

Pendidikan kewarganegaraan

Penguasaan Konsep dan Nilai-nilai

61

73

Tujuh puluh tiga

Penerapan

-

77

Tujuh puluh tujuh

3

Bahasa Indonesia

Mendengarkan

60

83

Delapan Puluh tiga

Berbicara

77

Tujuh puluh tujuh

Membaca

75

Tujuh puluh lima

Menulis

83

Delapan puluh tiga

4

Bahasa Inggris

Mendengarkan

60

77

Tujuh puluh tujuh

Berbicara

82

Delapan puluh dua

Membaca

60

Enam puluh

Menulis

62

Enam puluh dua

5

Matematika

Pemahaman Konsep

60

60

Enam puluh

Penalaran dan Komunikasi

69

Enam puluh sembilan

Pemecahan Masalah

69

Enam puluh sembilan

6

Ilmu Pengetahuan Alam

Pemahaman dan Penerapan Konsep

61

75

Tujuh puluh lima

Kinerja ilmiah

77

Tujuh puluh tujuh

7

Ilmu Pengetahuan Sosial

Pemahaman Konsep

61

64

Enam puluh empat

Penerapan

81

Delapan puluh satu

8

Seni Budaya

Apresiasi

62

73

Tujuh puluh tiga

Kreasi

73

Tujuh puluh tiga

9

Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan kesehatan

Permainan dan Olahraga

60

80

Delapan puluh

Aktivitas Pengembangan

80

Delapan puluh

Uji diri /Senam

80

Delapan puluh

Aktivitas Ritmik

80

Delapan puluh

Akuatik/Pendidikan Luar kelas*)

80

Delapan puluh

10

Pilihan :**)

a. Keterampilan

Kreasi Produk Kerajinan

Kreasi Produk Teknologi

b. Teknologi dan Informasi dan Komunikasi

Etika Pemanfaatan

65

65

Enam puluh lima

Pengolahan dan Pemanfaatan Informasi

65

Enam puluh lima

Penugasan Proyek

65

Enam puluh lima

11

Mulok***)

a. PLKJ

Penguasaan Konsep

62

75

Tujuh puluh luma

Penerapan

83

Delapan puluh tiga

b. Tata boga

Penguasaan Konsep

60

73

Tujuh puluh tiga

Penerapan

70

Tujuh puluh

Kegiatan

Jenis

Nilai

Keterangan

Pengembangan Diri

1.

2.

3.

PERILAKU

............................Tingkatkan Prestasi belajarmu dengan perangai yang baik dan semangat yang tinggi.....

Ketidakhadiran (%)

Kehadiran

1. Sakit

........................hari

7 %

93 %

2. Izin

.............1.........hari.

3. Tanpa Keterangan

.............6.........hari

Diberikan : Jakarta

Mengetahui, Tanggal : 30 Desember 2006

Orang Tua/wali Wali Kelas








Moh. Ishak Zainul M, S.Hi, S.Pd

NIP : 991015007

Selasa, 18 September 2007

Evaluasi dalam Konsep Islam berdasarkan Al-Quran

Evaluasi dalam bahasa indonesia berarti penilaian. sedangkan menurut Edwind Wandt & Gerald W Brown bahwa evaluasi adalah suatu tindakan / proses untuk menentukkan nilai dari sesuatu. jadi evaluasi pendidikan adalah kegiatan / proses penentuan nilai pendidikan sehingga dapat diketahui mutu / hasil-hasilnya.
Evaluasi mencakup 2 kegiatan:
a. Pengukuran: mencakup data kuantitatif yang bersifat objektif, standar (pembanding), akuntabilitas. Pengukuran ini dengan melakukan tes.
b. Penilaian: mencakup data kualitatif, dimana hasil pengukuran bersifat sistematis, analisa dan interpretasi. penilaian yang dimaksud adalah pengambilan keputusan berdasarkan hasil pengukuran.
Evaluasi hasil belajar dapat dikatakan terlaksana dengan baik apabila dalam pelaksaannya senantiasa pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. prinsip keseluruhan: prinsip ini dikenal dengan "prinsip komprehensif" maksudnya adalah evaluasi hasil belajar dapat dikatakan terlaksana dengan baik apabila evaluasi tersebut dilaksanakan secara bulat, utuh dan menyeluruh. evaluasi hasil belajar selain menggungkapkan aspek proses berfikir (kognitif) juga dapat mengungkapkan aspek kejiwaan lainnya seperti: aspek sikap (affective) dan aspek keterampilan (psycomotoric) yang melekat pada diri masing-masing individu peserta didik.

2. prinsip kesinambungan: prinsip ini dikenal dengan istilah prinsip kontinuitas (continuitas) maksudnya adalah evaluasai hasil belajar dilaksanakan secara teratur dan sambung - menyambung dari waktu ke waktu.

3. prinsip obyektifitas: prinsip ini mengandung makna bahwa evaluasi hasil belajar dapat dinyatakan sebagai evaluasi yang baik apabila dapat terlepas dari faktor-faktor yang bersifat subyektif. maka seorang evalutor harus senantiasa berfikir dan bertindak sesuai dengan kemampuan siswa, tidak dicampuri dengan kepentingan-kepentingan yang besifat subyektif, antara lain:

a. Adil, adalah sebagai tester hendaknya berlaku adil terhadap teste tanpa memandang jenis kelamin, ras, golongan kaya dan miskin. apabila tester mempunyai sifat adil maka teste akan menghargai dan menghormatinya.apabila diantara tester dan teste bersikap adil maka proses proses dalam pembelajaran akan berlangsung dengan baik.

Q.S. al-baqarah ayat 142: " Dan demikian pula kami telah menjadikan kamu (umat islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar rasul (muhammad) menjadi saksi atas perbuatan kamu...

Q.S. an-nahl ayat 90: "sesunguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebaikan, memberi kepada kaum kerabat dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. dia memberi pengajaran kepadamu agar dapat mengambil pelajaran''.

b. Jujur, adalah selain sikap adil seorang tester harus mempunyai sikap jujur terhadap teste sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, tanpa adanya perbedaan yang dimiliki teste baik dalam hal golongan kaya & miskin, ras, jenis kelamin.

Q.S. an-nahl ayat 105: "sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah dan mereka itulah orang-orang pendusta''.

c. Bertanggungjawab, sebagai tester ia harus bertanggungjawab atas perbuatan yang pernah ia lakukan terhadap teste. apakah tester memperlakukan teste berlaku adil dan jujur sesuai dengan kemampuan yang dimiliki teste tanpa melihat dari sudut apa pun baik dari golongan kaya& miskin, ras (suku).karena sekecil apapun yang dilakukan tester ia harus bertanggung jawab sesuai dengan perbuatannya.

Q.S. Al-A'raf ayat 164: " Dan ingatlah ketika suatu umat diantara mereka berkata, " mengapa kamu menasehati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengazab mereka dengan azab yang mat keras?-"mereka menjawab"- agar kami mempunyai alasan pelepasan tanggungjawab kepada Tuhanmu dan supaya mereka bertakwa.

Tugas Pertama Evaluasi Program Pendidikan

Nama : Eva
NIM : 104018200612
Jurusan KI-Manajemen Pendidikan
Semester VII-A
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan