Minggu, 20 Januari 2008

Tugas terakhir...euy!

FEMINISME EMANSIPATORI DALAM PENDIDIKAN ISLAM

Perspektif Kesetaraan Gender

Gerakan feminisme muncul dalam wahana apapun oleh karena rasa ketidakadilan terjadi subordinas, superioritas of maskulin dan ketidaksebandingan. Caknur dalam mengomentari persoalan tersebut mengatakan bahwa pertama, kemunculan masalah wanita itu adalah absah, otentik, dan sejati. Artinya benar-benar timbul dari keinginan yang murni, kedua, merupakan reaksi, keumculan masalah wanita dikalangan umat Islam itu terasa bersifat emosional, apologetik, ideolofis, dan tak jarang objektif.

Problematika gender atau lebih lazim dikenal dengan gerakan feminisme, sebenarnya merupakan upaya untuk mengangkat posisi wanita dan menutupi seminimal mungkinkesenjangan antar masyarakat maskulin dan feminim baik dalam bidang sosial, politik, ekonomi, maupun pendidikan.

Karena itu, seiring dengan perbedaan latar masalah dan problematika bahwa gerakan perempuan (women movement) yang telah berkubang menjadi banyak aliran muncul akibat adanya ketidakadilan, penindasan, dan eksploitasi terhadap perempuan. Sekalipun timbul perbedaan pandangan mengenai apa, mengapa, dan bagaimana penindasan eksploitasi itu terjadi, tetapi memiliki kesamaan pandangan bahwa hakikat perjuang perempuan adalah demi tegaknya kesamaan, egality, dignity, dan kebebasan dalam relasi kehidupan antara laki-laki dan perempuan.

REFLEKSI PEMIKIRAN PENDIDIKAN R.A. KARTINI

Gerakan feminisme merupakan gerakan yang selalu marak dan tak pernah selesai diperjuangkan sekaligus selalu menarik untuk diperbincangkan, diperdebatkan dan didiskusikan. Pro dan kontra terhadap ide gerakan feminisme senantiasa hangat dibicarakan dari berbagai sudut pandang, baik teologis, sosiologis, hukum, politik kekuasaan dan bahkan pendidikan.

Nilai feminisme yang diperjuangkan oleh kaum hawa adalah memposisikan pada proporsinya. Hal ini didasarkan pada misalnya, ajaran Al-quran yang diturunkan ke dunia sebagai instruksi teologis bagi pembebasan manusia dari berbagai bentuk diskriminasi dan penindasan, baik seksual, etnis maupun ikatan-ikatan primordial lainnya.

Sejarah perjuangan feminisme barangkali bisa dirunut kepada apa yang pernah diteriakkan oleh wanita-wanita Prancis sejak abad ke-18 M. Dilanjutkan oleh kaum feminis Amerika yang dikenal dengan emansipasi, yakni gerakan wanita yang menuntut adanya hak yang sama antara laki-laki dan perempuan. Setidaknya didalam gerakan itu tercipta adanya keseimbangan yang sepadan antara kedua jenis makhluk Tuhan itu, laki-laki dan perempuan.

Ada banyak sebab terjadinya diskriminasi terhadap perempuan, baik bersifat teologis, filosofis, Kultural seperti masih kenalnya budaya patriarkhi yang menyelimuti seluruh lapisan masyarakat. Kondisi dominan budaya patriarkhi kiranya merupakan sebab utama terjadi diskriminasi, baik di dalam sektor domestik maupun sosial-politik sekalipun masih banyak kaum perempuan dengan sengaja merasa “mesra” dengan budaya patriarkhi.

Seperti kegelisahan feminis dunia, kartini adalah seorang perempuan Jawa yang senantiasa “gelisah” berada didalam “kerangkeng” budaya patriarkhi kaum priyayi. Lewat surat-suratnya, kartini mencoba mendiskusikan segenap gejolak batin yang lahir dari denyut feminisme kepada sahabat-sahabatnya di luar negeri, terutama orang-orang Belanda. Semangat untuk menghembuskan angin emansipasi dikalangan perempuan Jawa tak pernah pupus darinya. Melalui dunia pendidikan Kartini menaruh harapan untuk kemajuan kaum perempuan. Untuk merombak kultur feudal-patriarkhal yang selama berabad-abad membelenggu kaum perempuan, dimana kaum hawa hanya dibatasi pada sektor domestik, antara dapur, sumur dan kasur – Kartini berusaha “menyuntik”-nya dengan pendidikan, bahwa kaum perempuan berhak memperoleh pendidikan yang sama dengan kaum laki-laki. Kartini percaya dengan pendidikan kaum perempuan bisa dengan cepat dapat tercerahkan dan “jendela” masa depan yang lebih baik akan terbuka.

Cukup berat beban yang harus dipikul Kartini pada saat-saat awal proses merintis cita-citanya. Dia harus berhadapan dengan berbagai kritik dan penentangan, bahwa apa yang dilakukan Kartini sudah keluar dari dan bertentangan dengan budaya Jawa. Gairah emansipasi dan feminis Kartini lewat surat-suratnya, membawa membaca masuk ke dunia perjuangan batin seorang perempuan pemberani yang berbeda dengan logika kebanyakan. Dia berusaha keras mengadakan lompatan pemikiran yang cukup tinggi untuk keluar dari “pingitan” budaya patriarkhi, khususnya dibidang pendidikan. Salah satu suratnya kepada pemerintahan Hindia Belanda, “berilah orang Jawa pendidikan” menunjukkan concern Kartini yang cukup tinggi terhadap pendidikan. Karena bagi kartini, seorang anak tidak hanya asal hidup sembarang hidup, melainkan ia berhak hidup layak, berpendidikan dan berakhlak mulia.

Apa yang dicita-citakan dan diusahakan Kartini kiranya bukanlah hal yang mudah. Masalah yang berkembang ternyata semakin kompleks dan mengglobal. Perihatian yang serius adalah jalan utama bagi adanya suatu pemecahan. Namun, sayang cita-cita dan usaha yang begitu mulia dan membutuhkan konstinuitas waktu yang relatif panjang itu diputuskan oleh usianya yang begitu pendek. Dia meninggal dunia diusia yang relatif muda, 25 tahun. Namun demikian, gairah hidup untuk maju yang dikibarkan Kartini dalam surat-suratnya itu tidak menyurutkan generasi sepanjang zaman untuk menelaah dan mengelaborasi lebih jauh untuk kemudian dijadikan konsep kearah masa depan yang lebih baik. Kepiawaian seorang kartini mengabadikan tanggal 21 April sebagai Hari Kartini yang diperingati setiap tahun sambil menyanyikan lagu “Ibu Kita kartini”.

Kartini melalui surat-suratnya yang terangkum dalam “Habis Gelap Terbitlah Terang’’, yang diterjemahkan oleh Armijn Pane, salah seorang pelopor sastrawan pujangga baru – kepopulerannya bukan berarti telah banyak orang yang benar-benar mengetahui isi surat-suratnya tersebut. Kumpulan surat kartini pertama kali diterbitkan dengan judul Door Duisternis Tot Licht pada tahun 1911, yang disusun oleh JH. Abendanon, salah seorang sahabat pena Kartini yang pada saat itu menjabat Menteri/Direktur kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda. Pernah diterjemahkan kedalam bahasa Inggris oleh Agnes L. Symmers. Dan diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia oleh empat bersaudara – termasuk Armijn Pane – dengan judul “Habis Gelap Terbitlah Terang”, Boeah Pikiran “yang diterbitkan oleh Balai Pustaka-Jakarta pada tahun 1922, sehingga pada tahun 1938 buku itu disusun laksana roman oleh Pane yang hanya memuat 87 surat Kartini dari sekian surat yang dimuat dalam bahasa Belanda dan dicetak sebanyak 11 kali. Sekarangpun buku itu telah diterbitkan dalam bahasa Jawa dan Sunda, bahkan telah dicetak secara berulang-ulang (Kompas, Sabtu 19 April 2003). Karena alasan itulah, terhadap kajian akan Kartini kiranya masih signifikan dibicarakan setiap kesempatan, khususnya yang berkaitan dengan masalah pendidikan.

Pada pembahasan ini kiranya menarik untuk ditelaah beberapa hal yang berkaitan dengan Kartini:

1. Potret Kartini sebagai sosok pribadi utuh yang dengan gigih memperjuangkan gerakan pendidikan di Indonesia dan kritik-kritiknya terhadap kebudayaan Jawa.

2. Cita-cita dan obsesi Kartini untuk memajukan dunia penidikan kaum perempuan yang terdistorsi dan terdiskriminasi oleh budaya patriarkhi, serta implikasi konseptual bagi perkembangan pendidikan selanjutnya.

3. Gagasan Kartini tentang idiologi pembahasan perempuan, dilihat dari persepktif Islam dan kesetaraan gender.



Jumat, 02 November 2007

Tugas: Syarat - syarat Evaluator dan Perbedaan Evaluator Internal dan Eksternal

  1. Mampu melaksanakan, persyaratan pertaman yang harus dipenuhi oleh evaluator adalah bahwa mereka harus memiliki kemampuan untuk melaksanakan evaluasi yang didukung oleh teori dan keterampilan praktik.
  2. Cermat, dapat melihat celah-celah dan detail dari program serta bagian program yang akan dievaluasi.
  3. Objektif, tidak mudah dipengaruhi oleh keinginan pribadi agar dapat mengumpulkan data sesuai dengan keadaannya.
  4. Sabar dan Tekun, agar di dalam melaksanakan tugas dimulai dari membuat rancangan kegiatan dalam bentuk menyusun proposal, menyusun instrumen mengumpulkan data dan menyusun laporan, tidak gegabah dan tergesa-gesa.
  5. Hati-hati dan Bertanggung jawab, yaitu melaksanakan pekerjaan evaluasi dengan penuh pertimbangan, namun apabila masih ada kekeliruan yang diperbuat, berani menanggung resiko atas segala kesalahannya.
Evaluator Dalam (Internal Evaluator)
adalah petugas evaluasi program yang sekaligus merupakan salah seorang dari petugas atau anggota pelaksana program yang dievaluasi. Adapun kelebihan dan kekurangan dari evaluator Dalam yaitu:
Kelebihan:
  1. evaluator memahami betul program yang akan dievaluasi sehingga kekhawatiran untuk tidak atau kurang tepatnya sasaran tidak perlu ada. Dengan kata lain, evaluasi tepat pada sasaran.
  2. Karena evaluator adalah orang dalam, pengambilan keputusan tidak perlu banyak mengeluarkan dana untuk membayar petugas evaluasi.
Kekurangan:
  1. Adanya unsur subjektivitas dari evaluator, sehingga berusaha menyampaikan aspek positif dari program yang dievaluasi dan menginginkan agar kebijakan tersebut dapat diimplementasikan dengan baik pula. Dengan kata lain, evaluator internal dapat dikhawatirkan akan bertindak subjektif.
  2. Karena sudah memahami seluk-beluk program jika evaluator yang ditunjuk kurang sabar, kegiatan evaluasi akan dilaksanakan dengan tergesa-gesa sehingga kurang cermat.
Evaluator Luar (Eksternal Evaluator)
adalah orang-orang yagn tidak terkait dengan kebijakan dan implementasi program. mereka berada di luar dan diminta oleh pengambil keputusan untuk mengevaluasi keberhasilan program atau keterlaksanaan kebijakan yang sudah diputuskan. Melihat bahwa status mereka berada di luar program dan dapat bertindak bebas sesuai dengan keinginan mereka sendiri maka tim evaluator Luar ini biasa dikenal dengan nama tim bebas atau independent team.

kelebihan:

  1. Karena tidak berkepentingan atas keberhasilan program, maka evaluator luar dapat bertindak secara objetif selama melaksanakan evaluasi dan mengambil keputusan. Adapun hasil evaluasi tidak akan ada respons emosional dari evaluator karena tidak ada keinginan untuk memperlihatkan bahwa program tersebut berhasil. Kesimpulan yang dibuat akan llebih sesuai dengan keadaan dan kenyataan
  2. Seorang ahli yang dibayar, biasanya akan mempertahankan kredibilitas kemampuannya. Dengan begitu evaluator akan bekerja secara serius dan hati-hati.
Kekurangan:
  1. Evaluator Luar adalah orang baru, yang sebelumnya tidak mengenal kebijakan tentang program yang akan dievaluasi. Mereka berusaha mengenal dan mempelajari seluk-beluk program tersebut setelah mendapat permintaan untuk evaluasi.
  2. Pemborosan, pengambil keputusan harus mengeluarkan dana yang cukup banyak untuk membayar evaluator bebas.
Perbedaan menonjol antara evaluator luar dengan evaluator dalam adalah adanya satu langkah penting sebelum mereka mulai melaksanakan tugas. Oleh karena evaluator luar adalah pihak asing yang tidak tahu dan tidak berkepentingan dengan program yang diasumsikan belum memahami seluk-beluk program maka terlebih dahulu tim tersebut perlu mempelajari program yang akan dievaluasi .



Senin, 22 Oktober 2007

Tugas: Resensi Buku

Judul Buku: Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan
Pengarang: Prof. Dr. Suharsimi Arikunto
Penerbit: Bumi Aksara
Diterbitkan: Jakarta
Cetakan: ke-6
Jumlah Halaman: 310 halaman
Tahun Terbit: 2006
Isi Buku:
Pada saat ini kurikulum meliputi segala aspek kehidupan dan lapangan hidup manusia, dalam masyarakat modern ini yang dapat dimasukkan kedalam tanggung jawab sekolah yang dapat dipergunakan untuk mengembangkan pribadi murid serta memberi sumbangan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam rangka kurikulum sekolah diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan harus sejalan dengan tuntutan pembangunan yang sedang dilaksakan oleh pemerintah dan rakyat Indonesia. pada akhirnya dari setiap kegiatan yang dilakukan oleh sekolah akan dilakukan evaluasi.
Untuk mengukur hasil pendidikan dapat diketahui dengan mengadakan evaluasi. evaluasi merupakan kegiatan pengukuran (upaya untuk memperoleh informasi / data secara kuantitatif), pengolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam uapaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. sedangkan evaluasi atau penilaian (upaya untuk mengetahui sejauhmana keberhasilan dan efisiensi suatu program) dan merupakan salah satu komponen penting dari KBM (kegiatan belajar mengajar). evaluasi adalah kegiatan / proses untuk menilai sesuatu. evaluasi juga mengandung banyak makna. oleh sebab itu, evaluasi bukan hanya sekedar alat untuk menentukan angka bagi siswa tetapi juga barometer untuk mengukur keberhasilan bagi guru itu sendiri dalam mengajar.
Kegunaan evaluasi pembelajaran bagi guru:
a) Sebagai pertanggungjawaban kinerja guru secara profesional kepada stakeholder
b) Pengendalian program yang sedang berjalan
c) Penyempurnaan siklus berikutnya

Sedangkan Kegunaan evaluasi pembelajaran bagi siswa:
a) Sebagai pertanggungjawaban kinerja siswa (hasil belajar) secara profesional kepada diri sendiri, orangtua dan lingkungan.
b) Pengendalian program belajar siswa (pengendalian diri)
c) Penyempurnaan siklus belajar berikutnya (mencapai target belajar)

Gaya buku tersebut: menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, mudah dipahami oleh pembaca, sifat bahasa yang dinamis dan terus berkembang.
Bentuk Fisik Buku tersebut: dibuat dengan kertas yang bagus, tulisannya rapi dan mudah dibaca, cover buku tersebut memiliki warna dasar hijau dan pada tulisan judul buku berwarna merah.
Pendapat mengenai buku tersebut: tulisannya rapi dan mudah dipahami, menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, terbuat dari kertas yang bagus, banyak diminati oleh mahasiswa dan dosen, pada buku tersebut terdapat daftar riwayat hidup penulis.

Jumat, 28 September 2007

Tugas ke-4 (Jenis-jenis Validitas)

Validitas

Validitas atau kesahihan menunjukan pada kemampuan suatu instrumen (alat pengukur) mengukur apa yang harus diukur (…. a valid measure if it succesfully measure the phenomenon), seseorang yang ingin mengukur tinggi harus memakai meteran, mengukur berat dengan timbangan, meteran, timbangan merupakan alat ukur yang valid dalah kasus tersebut. Dalam suatu penelitian yang melibatkan variabel/konsep yang tidak bisa diukur secara langsung, maslah validitas menjadi tidak sederhana, di dalamnya juga menyangkut penjabaran konsep dari tingkat teoritis sampai tingkat empiris (indikator), namun bagaimanapun tidak sederhananya suatu instrumen penelitian harus valid agar hasilnya dapat dipercaya.

Mengingat pentingnya masalah validitas. Maka tidak mengherankan apabila Para Pakar telah banyak berupaya untuk mengkaji masalah validitas serta membagi validitas ke dalam beberapa jenis, terdapat perbedaan pengelompokan jenis-jenis validitas, Elazar Pedhazur menyatakan bahwa validitas yang umum dipakai tripartite classification yakni Content, Criterion dan Construct, sementara Kenneth Bailey mengelompokan tiga jenis utama validitas yaitu : Face validity, Criterion Validity, dan construct validity, dengan catatan face validity cenderung dianggap sama dengan content validity. Berikut ini akan dikemukakan beberapa jenis validitas yaitu :

Validitas Rupa (Face validity). Adalah validitas yang menunjukan apakah alat pengukur/instrumen penelitian dari segi rupanya nampak mengukur apa yang ingin diukur, validitas ini lebih mengacu pada bentuk dan penampilan instrumen. Menurut Djamaludin Ancok validitas rupa amat penting dalam pengukuran kemampuan individu seperti pengukuran kejujuran, kecerdasan, bakat dan keterampilan.

Validitas isi (Content Validity). Valditas isi berkaitan dengan kemampuan suatu instrumen mengukur isi (konsep) yang harus diukur. Ini berarti bahwa suatu alat ukur mampu mengungkap isi suatu konsep atau variabel yang hendak diukur. Misalnya test bidang studi IPS, harus mampu mengungkap isi bidang studi tersebut, pengukuran motivasi harus mampu mengukur seluruh aspek yang berkaitan dengan konsep motivasi, dan demikian juga untuk hal-hal lainnya. Menurut Kenneth Hopkin penentuan validitas isi terutama berkaitan dengan proses analisis logis, dengan dasar ini Dia berpendapat bahwa validitas isi berbeda dengan validitas rupa yang kurang menggunakan analisis logis yang sistematis, lebih lanjut dia menyatakan bahwa sebuah instrumen yang punya validitas isi biasanya juga mempunyai validitas rupa, sedang keadaan sebaliknya belum tentu benar.

Validitas kriteria (Criterion validity). Adalah validasi suatu instrumen dengan membandingkannya dengan instrumen-pengukuran lainnya yang sudah valid dan reliabel dengan cara mengkorelasikannya, bila korelasinya signifikan maka instrumen tersebut mempunyai validitas kriteria. Terdapat dua bentuk Validitas kriteria yaitu : Validitas konkuren (Concurrent validity), Validitas ramalan (Predictive validity). Validitas konkuren adalah kemampuan suatu instrumen pengukuran untuk mengukur gejala tertentu pada saat sekarang kemudian dibandingkan dengan instrumen pengukuran lain untuk konstruk yang sama. Validitas ramalan adalah kemampuan suatu instrumen pengukuran memprediksi secara tepat dengan apa yang akan terjadi di masa datang. Contohnya apakah test masuk sekolah mempunyai validitas ramalan atau tidak ditentukan oleh kenyataan apakah terdapat korelasi yang signifikan antara hasil test masuk dengan prestasi belajar sesudah menjadi siswa, bila ada, berarti test tersebut mempunyai validitas ramalan.

Validitas konstruk (Construct Validity). Konstruk adalah kerangka dari suatu konsep, validitas konstruk adalah validitas yang berkaitan dengan kesanggupan suatu alat ukur dalam mengukur pengertian suatu konsep yang diukurnya. Menurut Jack R. Fraenkel validasi konstruk (penentuan validitas konstruk) merupakan yang terluas cakupannya dibanding dengan validasi lainnya, karena melibatkan banyak prosedur termasuk validasi isi dan validasi kriteria.

Lebih jauh Jack R. FraenkelI meneyatakan bahwa untuk mendapatkan validitas konstruk ada tiga langkah di dalamnya yaitu :

1. Variabel yang akan diukur harus didefinisikan dengan jelas

2. Hipotesis, yang mengacu pada teori yang mendasari variabel penelitian harus dapat membedakan orang dengan tingkat gradasi yang berbeda pada situasi tertentu

3. Hipotesis tersebut diuji secara logis dan empiris.

Dalam upaya memperoleh validitas konstruk, maka seorang peneliti perlu mencari apa saja yang menjadi suatu kerangka konsep agar dapat menyusun tolok ukur operasional konsep tersebut. Pencarian kerangka konsep menurut Djamaludin Ancok dapat ditempuh beberapa cara :

1. Mencari definisi-definisi konsep yang dikemukakan oleh para akhli yang tertulis dalam buku-buku literatur.

2. Mendefinisikan sendiri konsep yang akan diukur, jika tidak diperoleh dalam buku-buku literatur

3. Menanyakan definisi konsep yang akan diukur kepada calon responden atau orang-orang yang memiliki karakteristik yang sama dengan responden.

Mengingat pentingnya pendefinisian suatu konsep yang ingin diukur, maka seorang peneliti perlu mencermatinya, sebab definisi suatu konsep perlu dikembangkan dari mulai definisi teoritis, definisi empiris, sampai definisi operasional (dapat dipadankan dengan konsep teori, konsep empiris, konsep analitis/operasional, atau dengan konsep, dimensi, dan indikator) pemahaman definisi tersebut dapat dijadikan awal yang strategis untuk penjabaran konsep sampai diperoleh indikator, untuk kemudian disusun item-item yang diperlukan untuk sebuah instrumen penelitian.

Sementara itu Elazar J. Pedhazur mengemukakan tiga pendekatan dalam Validasi konstruk yaitu : 1). Logical analysis; 2). Internal structure analysis; 3). Cross-structure analysis. Analisis logis dalam konteks validasi konstruk dimaksudkan untuk membentuk hipotesis pembanding sebagai alternatif penjelasan berkaitan dengan konstruk/konsep yang akan diukur, hubungan antar konsep dan yang sejenisnya. Dalam pendekatan ini langkah yang diperlukan adalah pendefinisian konstruk/konsep, penentuan kesesuaian isi item dengan indikator, serta penentuan prosedur pengukuran.

Analisis struktur internal merupakan pendekatan kedua dalam validasi konstruk, analisis ini berkaitan dengan validitas indikator dari suatu konsep/konstruk, artinya indikator-indikator yang digunakan bersifat homogin (dalam tingkatan minimum) serta mengukur konsep yang sama (terdapatnya kesesuaian antara indikator-indikator dengan konsepnya).Sementara itu analisis struktur silang berkaitan dengan pengkajian analisis internal dari masing-masing konsep terhubung (yang unobservable) yang dihubungkan pada tataran empirisn

Sabtu, 22 September 2007

Tugas ke - 3 (Format Raport)

Nama Sekolah : SMP Negeri 83 Jakarta Kelas : VII (tujuh)

Alamat : Jl. Empang Bahagia Semester : I (satu)

Nama Siswa : Desy Wulandari Tahun pelajaran : 2006/2007

Nomor Induk : 12105

No.

Mata Pelajaran

Aspek Penilaian

KKM

Nilai

Catatan Guru

Angka

Huruf

1

Pendidikan Agama

Penguasaan Konsep dan Nilai-nilai

65

68

Enam puluh delapan

Penerapan

-

70

Tujuh puluh

2

Pendidikan kewarganegaraan

Penguasaan Konsep dan Nilai-nilai

61

73

Tujuh puluh tiga

Penerapan

-

77

Tujuh puluh tujuh

3

Bahasa Indonesia

Mendengarkan

60

83

Delapan Puluh tiga

Berbicara

77

Tujuh puluh tujuh

Membaca

75

Tujuh puluh lima

Menulis

83

Delapan puluh tiga

4

Bahasa Inggris

Mendengarkan

60

77

Tujuh puluh tujuh

Berbicara

82

Delapan puluh dua

Membaca

60

Enam puluh

Menulis

62

Enam puluh dua

5

Matematika

Pemahaman Konsep

60

60

Enam puluh

Penalaran dan Komunikasi

69

Enam puluh sembilan

Pemecahan Masalah

69

Enam puluh sembilan

6

Ilmu Pengetahuan Alam

Pemahaman dan Penerapan Konsep

61

75

Tujuh puluh lima

Kinerja ilmiah

77

Tujuh puluh tujuh

7

Ilmu Pengetahuan Sosial

Pemahaman Konsep

61

64

Enam puluh empat

Penerapan

81

Delapan puluh satu

8

Seni Budaya

Apresiasi

62

73

Tujuh puluh tiga

Kreasi

73

Tujuh puluh tiga

9

Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan kesehatan

Permainan dan Olahraga

60

80

Delapan puluh

Aktivitas Pengembangan

80

Delapan puluh

Uji diri /Senam

80

Delapan puluh

Aktivitas Ritmik

80

Delapan puluh

Akuatik/Pendidikan Luar kelas*)

80

Delapan puluh

10

Pilihan :**)

a. Keterampilan

Kreasi Produk Kerajinan

Kreasi Produk Teknologi

b. Teknologi dan Informasi dan Komunikasi

Etika Pemanfaatan

65

65

Enam puluh lima

Pengolahan dan Pemanfaatan Informasi

65

Enam puluh lima

Penugasan Proyek

65

Enam puluh lima

11

Mulok***)

a. PLKJ

Penguasaan Konsep

62

75

Tujuh puluh luma

Penerapan

83

Delapan puluh tiga

b. Tata boga

Penguasaan Konsep

60

73

Tujuh puluh tiga

Penerapan

70

Tujuh puluh

Kegiatan

Jenis

Nilai

Keterangan

Pengembangan Diri

1.

2.

3.

PERILAKU

............................Tingkatkan Prestasi belajarmu dengan perangai yang baik dan semangat yang tinggi.....

Ketidakhadiran (%)

Kehadiran

1. Sakit

........................hari

7 %

93 %

2. Izin

.............1.........hari.

3. Tanpa Keterangan

.............6.........hari

Diberikan : Jakarta

Mengetahui, Tanggal : 30 Desember 2006

Orang Tua/wali Wali Kelas








Moh. Ishak Zainul M, S.Hi, S.Pd

NIP : 991015007